Dedi Mulyadi : “Perusak Patung, Pembenci Amartha”

Foto : Patung Wayang Arjuna yang berada di Situ Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta dibakar orang tak dikenal pada Kamis  (11/2/2016) dini hari sekira pukul 04.00 WIB.

PURWAKARTAheadlinejabar.com

Patung Wayang Arjuna yang berada di Situ Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, dibakar orang tak dikenal pada Kamis  (11/2/2016) dini hari sekira pukul 04.00 WIB. Pembakaran diduga dilakukan saat lokasi tengah berada dalam keadaan sepi sebab sekira jam tersebut tidak ada warga yang lalu lalang melintas di lokasi.

Patung Arjuna yang sudah berdiri sejak 7 tahun lalu ini sudah menjadi salah satu landmark Kabupaten Purwakarta dan ikon kepariwisataan kabupaten kedua terkecil di Jawa Barat ini. Di sekitar patung yang berdiri tepat di pinggir Situ Wanayasa ini sering digunakan pengunjung untuk berfoto selfie maupun sekedar melepas lelah.

Baca Juga  AKBP Hanny Hidayat Kapolres Purwakarta

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi ketika dimintai keterangan terkait pembakaran patung ini mengatakan dirinya justru merasa heran atas kejadian ini. Sebab Arjuna merupakan salah satu tokoh wayang yang bernilai epik kepahlawanan karena Arjuna diceritakan sebagai Panglima Perang Pandawa dalam Perang Baratayudha.

“Ya aneh saja kalau patung wanita telanjang ya silakan dihancurkan tapi ini kan patung wayang. Tokoh warisan kebudayaan Nusantara yang digunakan para wali songo untuk mendakwahkan agama Islam,” kata Dedi menjelaskan.

Baca Juga  Pemkab dan KPU Purwakarta: Tribute To Pahlawan Demokrasi

Dedi berujar bahwa kejadian perusakan patung ini bukan kali pertama terjadi. Sambil berseloroh, bupati yang baru-baru ini mendapat penghargaan sebagai Kepala Daerah Pro Budaya dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ini mengatakan, para perusak patung ksatria pandawa ini adalah pendukung Dorna tokoh wayang yang memiliki karakter perusak dan pengadu domba.

Baca Juga  Dandim Pastikan Penertiban KJA Jatiluhur Kondusif

“Semua yang pernah dihancurkan ini adalah Tokoh Amarta, Semar, Yudhistira. mungkin mereka pasukan Dorna yang kalah perang di Baratayudha,” ujar Dedi sambil tertawa.

Dari segi keyakinan beragama Dedi pun menambahkan bahwa patung yang sudah berdiri selama lima tahun tersebut tidaklah mengubah tata cara beragama masyarakat pada umumnya.

“Tinggal anda bandingkan saja dulu Purwakarta seperti apa? dan kini seperti apa? maka akan bereslah cara berpikir kita sebab sampai saat ini gak ada tuh patung yang disembah di Purwakarta,” kata Dedi menutup.(dzi)