Pedagang Pasar Jumaah Resah, Tolak Pendirian Mall dan Hotel Purwakarta
Foto : Suasana ratusan pedagang Pasar Jumaah saat melakukan audiensi bersama Pansus penghapusa aset Pasar Jumaah di Gedung DPRD Purwakarta, Jawa Barat
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Ratusan pedagang Pasar Jumaah mengaku resah, mereka menolak pendirian mall dan hotel di lahan Pasar Jumaah. Penolakan itu disampaikan para pedagang saat menggelar audiensi dengan Panitia Khusus (Pansus) DPRD Penghapusan Aset Pasar Jumaah di Raung Paripurna DPRD Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (18/3/2016).
Salah seorang pedagang, Dadang mempertanyakan aspek yuridis formal pendirian mall dan hotel di Pasar Jumaah.
“Pendirian mall dan hotel dinilai bertentangan dengan Perpres No 112 tahun 2007, pendirian wajib memperhatikan aspek sosial masyarakat keberadaan pasar tradisional,” tegas Dadang.
Dirinya juga mempertanyakan regulasi RTRW dan RDTR Kabupaten Purwakarta. “Apakah keberadaan mall dan hotel di Pasar Jumaah sudah sesuai dengan RDTR. Perencanaan jangan dipaksakan sehingga pedagang pasar yang dirugikan,” tilai dia.
Ketua Pansus, H. Komarudin menyampaikan, Pansus penghapusan aset Pasar Jumaah baru dibentuk Kamis (17/3/2016). Pihaknya akan bekerja selama 14 hari kedepan untuk melakukan kajian aspek yuridis formal maupun sosilogis.
“Merupakan masukan penting dan akan melakukan komunikasi yang lebih intens lagi kedepan dengan saudara-saudara sekalian,” papar Komarudin di hadapan ratusan pedagang pasar.
Usai audiensi, Ketua Ikatan Warga Pasar (Iwapa) Pasar Jumaah, Iwan S Arif mengatakan ada sekitar 400 pedagang di Pasar Jumaah, yang kini nasibnya diujung tekanan. “Kami resah dan menolak tegas pendirian mall dan hotel di Pasar Jumaah. Kami ini pedagang tradisional bukan pedagang mall, mind set ini harus diterima dulu oleh calon investor,” ungkap Iwan.
Ia mencontohkan, lihat Karawang, tuparev pedagang tradisional tidak dirubah. “Padahal bikin Galuh Mas, kenapa Purwakarta tidak bikin seperti itu. Harus ada zona baru, tidak numpuk di Pasar Jumaah semua,” terang dia.
Menurut dia lebih baik kalau ada kota satelit. “Kami sedang hidup, kami sedang berusaha. Kalau relokasi, itu bullshit semua. Mati semua dua tahun, saya gak tahu terus kemana,” tutup dia.(ays/dzi)