Saat Si Cantik Jatuh Hati Mendaki
Foto : Shinta Dinar Valentine Delique
SETELAH mengamati, Dinar mulai jatuh hati untuk juga ikut mendaki puncak pegunungan bersama temannya itu. Kecintaannya memuncak tak terbendung, Dinar akhirnya terjun menjadi seorang pendaki wanita. Shinta Dinar Valentine Delique, dari beberapa pendakian gunung yang diikutinya mencoba dibagi kepada para pembaca.
Sebelumnya, satu persatu foto-foto pendakian Shinta Dinar Valentine Delique di puncak gunung-gunung yang sempat didaki. Kisah pendakian seorang gadis asal Purwakarta ini berawal dari ketertarikannya pada foto pendakian temannya Gian Kuswaya di Pegunungan Semeru sejak Mei 2015 lalu.
Dari sebuah foto, Dinar akhirnya mencoba langsung mendaki gunung di Kabupaten Purwakarta. Gunung yang sudah ditapakinya yaitu, Gunung Lembu, Gunung Bongkok, Gunung Parang, Gunung Ciremai, Gunung Cikuray, Gunung Merbabu, Gunung Papandayan, hingga Gunung Rinjani.
Selama mengikuti pendakian Dinar selalu bertemu teman baru dan bersama-sama menuju puncak pegunungan yang menjadi pengalaman menyenangkan baginya. Tidak selamanya menyenangkan rupanya Dinar pernah merasakan hal sulit saat Dia kehabisan air bersih untuk minum di pendakian gunung Rinjani.
“Kehabisan air bersih, akhirnya kita meminum air keruh yang sebelumnya kita siasati dengan mencampur air tersebut dengan energy drink. Haha,” ungkapnya sambil ketawa.
Menurutnya setiap pendakian selalu ada moment berbeda dan itu yang membuatnya tertarik untuk mendaki pegunungan berbeda. Walaupun diakuinya saat mendaki sebetulnya tidak ada sesuatupun yang dicari kecuali hanya ingin menguji seberapa kuat semangatnya.
“Saya hanya ingin tau seberapa kuat semangat saya, seberapa tangguh saya bisa mengendalikan diri dan bertahan untuk sampai ke puncak,” paparnya.
Meski hobinya sangat beresiko ternyata orang tua Dinar mensuport apa yang dilakukannya. Orang tua berpesan agar Dinar bisa menjaga diri dan berhati-hati saat mendaki. Dinar sendiri belum tahu sampai kapan akan terus mendaki, pastinya Dia memilih terus menikmati hobinya itu meski selalu tak terencana.
“Saya tidak dapat memastikan kapan berhenti mendaki,” ujarnya.(dzi)