Pilih Tidak Menikah dan Dianggap Gila, Alasan Perempuan Asal Bekasi Bikin Haru
Foto : Sarah (35) warga Bekasi memilih tidak menikah sampai dianggap gila oleh warga. Mengapa, simak beritanya.
BEKASI, headlinejabar.com
Warna-warni baju milik Sarah (35) semakin semarak karena benang berwarna merah dan hitam tersangkut di bajunya. Hanya suara seekor kucing berwarna kuning emas yang sehari-hari memecah kesepiannya.
Sarah dianggap gila oleh sebagian warga Kelurahan Jatibening, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi. Anggapan itu muncul tidak lain karena perempuan itu memilih tidak menikah. Padahal, usianya sudah lebih dari cukup untuk berumah tangga.
Karakternya tergolong introvert, sehingga warga yang mengenalnya dapat dihitung dengan jari. Kesibukannya menjalani profesi sebagai tukang jahit telah menjadikan dia kurang bernafsu mencari pasangan.
Alasan utamanya, sang ibu, Zaenab (68) harus dia penuhi kebutuhan hidupnya. Sarah cukup telaten menjahit pakaian milik pelanggannya. Orang yang menggunakan jasa menjahitnya pun tidak bisa dikatakan banyak.
“Ah biarkan saja. Saya mah yang penting ibu bisa makan,” singkat Sarah di kediamannya, Jumat (23/3/2018).
Penyakit gila yang dituduhkan oleh warga sekitar, ia anggap angin lalu. Hati Sarah terlalu sempit untuk menerima tuduhan tersebut sebagaimana sempitnya rumah yang dia tinggali. Bersama ibu dan kucingnya, Sarah tinggal di rumah berukuran 3x5m persegi.
Kondisi rumah yang tergolong tidak layak huni tersebut terpaksa dia tinggali. Berdasarkan pantauan, kondisinya memang memprihatinkan. Saat musim hujan tiba, rumah tersebut pasti bocor. Terlebih, kayu-kayu penopang rumah itu pun sudah terlihat lapuk dimakan rayap.
“Kalau hujan pasti bocor, besoknya harus dibersihkan. Saya mah pokoknya ibu tidak boleh kena bocor air hujan. Kasihan sudah tua,” tandasnya.
Komitmen Sarah untuk membahagiakan ibundanya memang tidak bisa diragukan. Seluruh penghasilannya dari menjahit, selalu langsung dia berikan kepada Ibu Zaenab. Sarah hanya mengambil jumlah yang ala kadarnya, untuk membeli nasi bungkus.
Lelehan Air Mata Dedi Mulyadi
Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mendengarkan dengan seksama kisah hidup Sarah. Tampak lelehan air mata di pipi mantan Bupati Purwakarta dua periode tersebut.
Selama ini, Ibu menjadi alasan pria beriket Sunda warna putih untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat. Di Purwakarta misalnya, dia memberi nama bagi gapura khas kabupaten tersebut dengan nama Gapura Indung Karahayuan. Artinya, Gapura Ibu Pembawa Keberkahan Hidup.
Menurut Dedi, Sarah tidak gila. Justru, dia menjadi contoh bagi warga lain agar senantiasa memuliakan seorang Ibu.
“Sarah tidak gila. Justru ini membuktikan bakti seorang anak kepada ibunya. Apa salahnya tidak menikah karena ingin mengurus ibu?,” katanya lirih.
Penjelasan dan sikap haru yang ditunjukan oleh Dedi Mulyadi rupanya menggugah kesadaran warga sekitar. Mereka berinisiatif untuk merenovasi rumah Sarah dengan biaya udunan sesama warga.
Untuk sementara, Sarah bersama ibu dan kucingnya akan tinggal di sebuah kontrakan di sekitar rumah tersebut. Biaya untuk mengontrak pun akan dibayarkan dari hasil udunan warga.
“Tadi sempat diskusi dengan Pak RT dan Pak RW, bagaimana baiknya. Kami sepakat udunan saja untuk memperbaiki rumah Sarah. Untuk sementara sambil menunggu rumahnya selesai, kami sediakan kontrakan,” kata Yadi (32), salah seorang warga.
EDITOR : DICKY ZULKIFLY