Geliat Ekonomi Kreatif di Tengah Rangkaian Festival Hari Jadi Purwakarta

Foto : Mak Titi (48) perajin bambu asal Desa Nagrog Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, adalah salah satu yang mendapat berkah dari perayaan Hari Jadi Purwakarta ke-185 dan Hari Jadi Kabupaten Purwakarta ke-48.(Redaksi)

PURWAKARTAheadlinejabar.com

Peringatan Hari Jadi Purwakarta ke-185 dan Hari Jadi Kabupaten Purwakarta ke-48 ternyata menjadi berkah tersendiri bagi para perajin bambu. Ini tak lepas dari imbauan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta untuk menghias setiap kantor baik kantor pemerintah, swasta maupun badan usaha milik daerah (BUMD) dengan kerajinan tangan dari bambu seperti cetok (caping), boboko (bakul nasi) dan hihid (kipas). Panitia internal masing-masing kantor tersebut kemudian memesan aneka macam kerajinan bambu langsung ke perajin.

Mak Titi (48) perajin bambu asal Desa Nagrog Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, adalah salah satu yang mendapat berkah tersebut. Sehari-hari perajin yang biasa membuat alat perlengkapan dapur dari bambu kini mendapat order melimpah, sejak bulan lalu dia mendapat pesanan ribuan kerajinan anyaman bambu yang dipesan dari Purwakarta khusus untuk perayaan Hari Jadi Kabupaten yang terkenal dengan air mancur Taman Sri Baduga ini.

Baca Juga  Bahan Pokok Menjelang Ramadhan di Purwakarta Aman

Foto : Sehari-hari perajin yang biasa membuat alat perlengkapan dapur dari bambu kini mendapat order melimpah, sejak bulan lalu dia mendapat pesanan ribuan kerajinan anyaman bambu yang dipesan dari Purwakarta khusus untuk perayaan Hari Jadi Kabupaten yang terkenal dengan air mancur Taman Sri Baduga ini.(Redaksi)

“Biasanya emak hanya mengerjakan pesanan keluarga dan tetangga saja. Karena katanya di kota ada peringatan hari jadi, emak jadi banyak pesanan. alhamdulillah nak,” kata Mak Titi, Rabu (20/7/2016) di kediamannya.

Baca Juga  Pemkab Purwakarta dan Hiswana Migas Peringatkan Agen dan Pangkalan. Ada apa?

Saat mengerjakan ribuan pesanan tersebut, Mak Titi mengaku bukanlah tanpa kesulitan. Dia mengeluh sulitnya memperoleh bahan baku berupa pohon bambu yang cocok untuk diolah menjadi kerajinan. Tidak hanya itu, keterbatasan akses Mak Titi terhadap alat modern pun menjadi kendala tersendiri.

“Cari bambu sekarang sulit Nak, belum lagi alatnya, Emak hanya menggunakan golok dan alat seadanya,” kata Mak Titi.

Perajin yang sudah 25 tahun bergulat dalam bidang ‘handicraft’ atau kerajinan tangan ini pun mengapresiasi ide Bupati Purwakarta yang selalu menjadikan bambu sebagai ikon perayaan Hari Jadi dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya ide tersebut secara langsung berimbas pada omset usahanya yang meningkat tajam sebanyak 10 kali lipas dari biasanya.

“Alhamdulillah pak bupati ada program ini. Usaha emak jadi ikut terbantu, biasanya emak hanya membuat pesanan sebanyak 40 buah sehari, sekarang bisa mencapai 400 buah sehari. Kalau kebanjiran pesanan begini harganya jadi agak naik Nak, bahan baku sedang sulit, emak juga harus menambah tenaga kuli,” ujar Mak Titi.

Baca Juga  Soal Waralaba, Dinas Perdagangan Hanya Awasi Produk

Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat dikonfirmasi di rumah dinasnya Jl Gandanegara No 25 Purwakarta mengatakan, dirinya sengaja selalu mengusung tema bambu karena orang sunda memang menggunakan bambu untuk membangun peradaban. Mulai dari perlengkapan dapur sampai rumah orang sunda, semua dibangun dengan menggunakan bambu.

“Negeri tirai bambu itu bagi saya bukan Cina, negeri tirai bambu itu Sunda. Orang sunda menggunakan bambu untuk membangun peradaban,” singkat Bupati Dedi.(*)

Editor : Dicky Zulkifly