Banyak Siswa SD hingga SMP jadi Korban DH si ‘Fedofil’ Asal Sukabumi
Foto : Iliustrasi kekerasan seksual. Sumber, istimewa
SUKABUMI, headlinejabar.com
Komisi Perlidungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat merilis korban tindakan asusila yang dilakukan DH (38) bukan hanya siswa SD saja, melainkan ada beberapa orang yang merupakan siswa SMP.
Ketua KPAID Kabupaten Sukabumi, Dian Yulianto mengatakan, dari tujuh korban yang melaporkan ke Kepolisian Sektor (Polsek) Parungkuda, dua di antaranya siswa SMP.
“Memang benar ada dua orang siswa SMP, namum sebelumnya dia juga sekolah di SD yang sama dengan korban DH lainnya,” ujarnya.
Dian mengatakan, dua korban yang sudah beranjak dewasa inipun sudah dilakukan penyuluhan oleh psikolog bersama KPAID Kabupaten Sukabumi.Bahkan berdasarkan hasil tes dari psikolog, psikis para korban tak begitu mengkhawatirkan.
“Tidak ada tindakan (maaf, red) sodomi ataupun oral seks. Sehingga tak begitu mengkhawatirkan terhadao psikis korban,” ucapnya.
Foto : Tersangka DH, si ‘Fedofil’ asal Kabupaten Sukabumi Jawa Barat sudah melecehkan tujuh siswa SD dan SMP
Pelaku hanya memainkan kelamin siswa dengan memakai hand body dan mengoles anus korban dengan kemaluan tersangka. Akan tetapi, hal yang dilakukan oleh pelaku ini sudah termasuk ke dalam kategori pedofil.
“Pelaku menyukai anak di bawah umur, jadi bisa-bisa dikategorikan pedofil”ungkapnya.
Kedepannya KPAID bersama psikolog dibantu Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi akan memantau secara rutin terkait perkembangan para korban tindakan asusila tersebut. “Walau tak begitu mengkhawatirkan, namun kami akan terus memantau,” terangnya.
Sementara itu, Komandan Satgas Penanggulangan Tawuran dan Kenakalan Pelajar (PTKP) Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Iyus Yusup Hilmi menilai, selain tindakan yang dilakukan oleh psikolog, Satgas PTKP pun melakukan hypnoteraphy terhadap sejumlah korban asusila DH.
Hal tersebut dilakukab guna memulihkan mentalitas anak agar tetap ceria dan menghilangkan traumatik. “Dengan metoda hypnoteraphy dapat memasukan pemikiran yang bersifat positif kepada korban. Sehingga melupakan hal negatif yang dialami korban sebelumnya,” pungkasnya.(rir)