Meski Pemerintah Kota Depok melarang peredaran dan penjualan minuman keras (miras), tapi ternyata Kota Depok, Jawa Barat, menjadi produsen sekaligus pemasok miras oplosan ke sejumlah wilayah di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek).
Kondisi ini sangat ironis dengan semboyan Depok sebagai kota religius yang selalu digaungkan Walikota Depok Mohammad Idris. Dan yang mengejutkan, pabrik pengolahan miras oplosan itu, dikelola oleh istri seorang polisi yang sudah bolak-balik berurusan dengan aparat.
Miras oplosan jenis ciu itu disimpan dan diolah di sebuah rumah sekaligus gudang di Perumahan Taman Duta, Cimanggis, Depok. Rumah itu sudah berkali-kali dirazia aparat. Namun H tetap menjalankan bisnisnya. Di tahun 2016 ini saja, sudah tiga kali rumah itu digerebek aparat, yakni pada Januari, dan Februari dan Mei. Namun H tidak bergeming. Bak mencukur jenggot, habis dirazia, produksi lagi, produksi lagi. H, seperti kebal hukum. Kapolresta Depok pun tidak bergeming, apalagi Kasatpol PP.
Yang terbaru, Satpol PP Depok Selasa (10/5/2016) lalu bersama tim gabungan merazia rumah itu. Di sana ditemukan ratusan miras pabrikan dan ribuan liter miras oplosan yang disimpan di tiga toren air atau tangki penampungan air di dalam rumah. Setiap toren berisi 300 liter miras oplosan.
Kepala Seksi Pengendalian dan Operasi (Dalops) Satpol PP Depok, Diki Erwin mengatakan, dari rumah dua lantai itu, juga ditemukan ratusan botol miras. Kabarnya, H merupakan distributor miras ilegal, baik miras pabrikan atau miras oplosan.
“Barang-barangnya kemudian kita sita sebagai barang bukti,” kata Diki, Minggu (15/5/2016).
Menurut pengakuan salah satu penjual miras oplosan di daerah Ciracas, Jakarta Timur Yono mengungkapkan bahwa selama ini dirinya mendapatkan suplai miras dari H yang berdomisili di Depok.
Bahkan kata Yono, miras oplosan dari rumah milik H itu juga disuplai sampai ke Bogor, Tangerang dan Bekasi.
“Saya setiap beli ke sana, beli dua dirigen miras oplosan. Satu dirigen buat saya, satu lagi buat teman saya yang buka warung jamu dan jual miras juga di Pasar Induk Kramatjati,” jelasnya.
Karena sudah langganan, kata Yono, ia mengaku cukup dekat dengan pekerja penjual miras di rumah milik H itu.
“Beberapa saya kenal baik, karena hampir setiap hari belanja ke sana,” katanya.
Dari cerita sejumlah pekerja, kata dia, miras jenis ciu yang mereka olah dan oplos disana disuplai ke puluhan penjual miras yang tersebar mulai dari Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Bogor. Setiap harinya ribuan liter miras oplosan dari rumah itu dilempar ke puluhan pedagang di Jabodetabek. Ini sudah berlangsung sejak belasan tahun lalu.(*)
Reporter : Yopi Setyabudi
Editor : Aga Gustiana